Selasa, 28 Oktober 2014

Mengabdi

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Qs. Adz-Dzariyat:56)
            Hidup, hampir semua orang berbicara tentang tujuan hidup. Tak terkecuali aku,aku yakin kamu juga membicarakannya, atau bahkan merumuskannya . “agar hidup kita terarah” biasanya itu yang dikatakan oleh orang yang membicarakan tentang tujuan hidup dan kamu juga pasti pernah mendengarnya. Iya kan :) ?!.
            oh, iya, kamu pernah mendengar kutipan ayat diatas?  mungkin kamu pernah membacanya atau bahkan hafal bunyi ayatnya? Jika memang belumpun, setdaknya kamu sudah membacanya tadi diawal tulisan ini, hehe.
            Pagi ini, aku ada jadwal bertemu dengan guru. Bukan guru disekolah, tapi ia adalah orang yang membimbingku untuk terus mengenal islam, memang keislamanku sudah sejak lahir, namun rasanya tentu harus lebih banyak lagi menggali dan mengenali islam agar islam jaya kembali seperti pada zamannya Rasulullah memimpin negara atau zamannya para khalifah yang memimpin setelah rasulullah.
            Hmm, berbicara tentang kejayaan islam, kamu tahu ilmuan-ilmuan muslim seperti Ibnu Sina, Al-khuarizmi, Al-kindi, Ibnu Rusyd atau yang lainnya, mereka ternyata tidak hanya unggul dalam satu bidang saja, contohnya Ibnu Sina, selain beliau adalah tokoh kedokteran, beliau juga seorang agamawan, filsuf, juga sastrawan. Prestasi pemuda-pemudanya pada zaman kekhilafahan juga patut diacungi jempol. Muhammad Al-fatih, menjadi panglima penakluk konstantinopel ketika berusia 21 tahun, Imam Syafi’i hafal Al-quran pada usia 7 tahun bahkan beliau juga menghafal buku (al-muwattha’) karangan Imam Malik pada usia yang masih muda pula. Dan masih banyak lagi mereka yang berprestasi luar biasa, dan tentunya tidak mungkinkan untuk dibahas semuanya disini, kan?
“lalu, apa hubungannya ayat diatas tadi dengan mereka?!”
Eits, jangan protes dulu, pasti lah ada hubungannya. Makanya, baca terus tulisan ini sampai selesai :D
            Karna tujuan. Ya, karna mereka semua punya tujuan. Sebagai hamba Allah tentulah tujuan hidupnya hanyalah untuk mengabdi kepada Allah, yuk, kita bace sekali lagi ayat yang diatas.
            Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Qs. Adz-Dzariyat:56)
            Allah tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah atau mengabdi kepadaNya, jadi apaun yang kita lakukan didunia ini, niatkan untuk mengabdi kepadaNya. Dimanapun yang namanya mengabdi tidak melakukan hal-hal yang dibenci oleh yang diabdi. “duh, ngejelimet, maksudnya gimana?” Artinya, Allah menciptakan kita kedunia ini adalah untuk mengabdi kepadaNya, maka kita harus menjauhi apapun yang dilarang atau dibenci olehNya.
Ketika seseorang sudah mempola dirinya bahwa hidup ini adalah untuk mengabdi kepada Allah, maka itu akan menjadi motivasi terbesar dalam hidupnya, kita lihat saja ilmuwan atau orang-orang hebat yang tadi kita bahas, mereka tidak hanya unggul dalam satu bidang, atau bahkan diusianya yang muda mereka bisa berprestasi melebihi yang lainnya, termasuk juga kita. Masih belum percaya? “emmm,,,,” oke, kamu tahu siapa penemu kompas? Ia adalah Ibnu Majid, beliau menciptakan kompas konon untuk menentukan arah kiblat dan kamu bisa membayangkannya kompas yang ia buat adalah kompas sempurna dengan 32 arah mata angin, bayangkan. Sekali lagi, tujuannya adalah untuk mengabdi kepada Allah.
            Selain itu, orang yang sudah sadar bahwa hidupnya adalah untuk beribadah kepada Allah “penulis ini gimana sih, gak konsisten, diawal bilangnya untuk mengabdi, sekarang bilangnya untuk beribadah. Mana yang bener,,?” jadi begini, pembaca yang terhormat, dalam surat Adz Dzariyat ayat 59 dikatakan bahwa Allah menciptakan jin dan manusia untuk  ya’buduun, nah, dalam bahasa arab ya’buduun asal katanya yaitu ‘abada-ya’budu yang artinya menyembah atau mengabdi, mashdar dari kata ‘abada-ya’budu adalah i’baadatan ( ibadah) jadi, artinya tidak berbeda antara beribadah dan mengabdi, mereka satu arti. Oke clear? Kita lanjutkan. Orang yang sadar bahwa hidupnya untuk beribadah kepada Allah, maka ia tidak akan pernah merasa kecewa ketika tidak mendapatkan pujian dari orang lain, karna yang ia melakukan sesuatu bukan karna ingin dipuji-puja orang lain melainkan diniatkan untuk beribadah kepada Allah.
            Suatu ketika, guruku bercerita tentang temannya. Kita sebut saja temannya itu bernama Fitrah. “pernah ketika itu, teman Teteh, namanya Fitrah diminta membuat video untuk ditampilkan disebuah acara diskusi publik, ia mengerjakan amanah tersebut hingga tidak tidur sepanjang malam demi membuat video itu, dan apa yang terjadi ketika acara itu tiba,,?,” guruku terdiam seolah menunggu jawabanku. “video itu tidak jadi ditampilkan, alasannya tidak cocok dengan tema yang dibahas” lanjutnya. “bayangkan, ia pasti kecewa, merasa tidak dihargai dan sebagainya. Namun akhirnya ia berpikir jika saja aku mengharapkan pujian atau penghargaan dari manusia, pastilah aku akan kecewa, menangis tersedu-sedu. Namun, aku menyadari bahwa apa yang aku lakukan adalah untuk beribadah, ya, karna Allah. Dan hanya Allahlah yang dapat menilainya. Memang betul, ketika posisi kita pada saat itu berada dalam posisinya Fitrah, kita akan kecewa yang mendalam, ketika tidak diniatkan untuk beribadah kepada Allah”. Aku hanya mengangguk, mencoba meresapi apa yang disampaikan guruku itu.
“Allah juga berfirman dalam surat Adz-Dzariyat ayat  56 yang artinya, Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Tambahnya lagi.
            Wah, maaf kawan, aku harus segera pergi menemui guruku, takut telat nih. Soalnya, kemarin kita janji ketemu pukul 8.00 pagi dimasjid kampus. Dahhh,,, sampai ketemu lagi.. :) (sambil lari).
allahu a'lam

Selasa, 08 Juli 2014

Mahasiswa Baru


2 September 2013
@19;53
        Tadi pagi, aku sempat bertemu adikku untuk memberikan kamus dan buku panduan. Raut wajahnya penuh dengan kesedihan, tapi aku yakin itu bukan sebuah kesedihan melainkan raut wajah keputusassaan. Ia mahasiswa baru diuniversitas yang sama denganku.

        “banyak tugas, pusing,,,” ucapnya dengan nada yang lemah lengkap dengan tatapan matanya yang sayu menggambarkan keputusasaannya yang kini tampak terlihat jelas. Mahasiswa baru, ucapku dalam hati dengan penuh simpati padanya. 

        “jika ada yang perlu dibantu, teteh bantu sebisanya”. Itu kata yang kuucap sebelum pergi, aku terburu-buru karna jam kuliah beberapa menit lagi akan dimulai dan waktu itu belum tepat untuk memberinya semangat atau setidaknya motivasi yang bisa membuatnya sedikit tersenyum. Ia mengiyakan dengan anggukan yang lesu. Kulihat dari kejauhan langkahnya terlihat ragu. 

        Setelah kuliah berakhir, akupun memberinya sedikit pencerahan lewat pesan singkat (sms). 

          Aku ingin bercerita, ada seorang anak perempuan yang telah meninggalkan rumah dari umur 11 tahun untuk pergi ke pesantren. secara otomatis, ia jarang pulang ke rumah kecuali ada waktu libur panjang. jarak dari rumah memang tidak terlalu jauh hanya satu jam tapi keseringan tidak bertemu keluarga membuatnya merasa jauh beribu ribu kilometer. 
karna jarak yang menurutnya jauh dan menyimpan bergudang-gudang kerinduan, ia memupuk mimpi tak muluk. hanya ingin sesering mungkin pulang ke rumah jika sudah lulus dari pesantren.

        Tapi ternyata tidak, bahkan ia harus pergi lebih jauh lagi dari kampung halamannya yang terpencil. Jarak memisahkannya begitu kejam. Hingga jika malam hari tiba, aku bisa mendengarkan tangisan kerinduan baik dari dalam hatinya ataupun dari matanya yang mengeluarkan butiran-butiran air bening yang terasa hangat dipipi.  Kerinduan pada ayah dan ibunya, kerinduan pada guru-gurunya, dan kerinduan pada teman-teman seperjuangannya. Pahit getirnya perjuangan selama dipesantran yang penuh dengan aturan pendidikan dan pengajaran ia lewati bersama teman-temannya. Ada canda yang terselip dalam duka, ada duka yang terselip dalam tawa. Itulah perjuangan.

        Ia merasa sendiri, bahkan jika ia berada ditempat ramai sekalipun. Ini karna ia berpikir bahwa tidak ada yang bisa menggantikan posisi teman-temannya sebagai sahabat yang selalu ada, tak ada yang dapat menggantikan posisi ayah ibunya yang dengan tulus memberikan kasih dan cinta, dan tak ada yang bisa menggantikan posisi gurunya yang selalau ikhlas dalam membimbing ketika salah dan merangkul ketika terpuruk.

        Belum sempat selesai mengenai kesedihanynya tetang jarak yang memisahkannya dari orang-orang yang ia sayang dan cintai, kesedihan yang lain datang, dan kali ini dengan segudang putus asa yang menyelimuti tubuhnya. Apa yang menjadi masalah?

        Aku kira tak jauh berbeda dengan perasaan adiku tadi pagi. Merasa berat dengan tugas-tugas yang tak sedikit, padahal masuk kuliahpun belum lama. Ia terlarut dalam keputusasaan yang nyata, meski ia tak pernah juga berhenti untuk meminta kekuatan dari yang maha kuasa. 

        Hingga pada satu masa, ia memikirkan kembali apa yang telah ia lakukan selama ini adalah penghamburan tenaga yang berharga, terlarut dalam kesedihan dan keputusasaan tidak akan memberikan solusi.

        Semester demi semester ia lalui dengan pasti, mungkin hatinya sudah mau diajak berdamai. Tugas-tugaspun ia selesaikan dengan baik. Hingga ia berpikir bahwa semua ini tak butuh air mata dan putus asa, yang dibutuhkan adalah keikhlasan dan kesungguhan dalam menjalankan semuanya, masalah yang ada tidak akan selesai dengan hanya ditangisi. Begitu juga dengan tugas-tugas kuliah tidak akan selesai juka hanya dipikirkan dan yang ada itu hanya akan menjadi beban yang jika suatu hari nanti pasti kita akan mentertawakannya,, :D

        Dosen-dosen yang masuk kekelasnya juga tak lupa untuk mengingatkan bahwa tugas-tugas perkuliahan bukan untuk dipikirkan tapi untuk dikerjakan.

        Apa kau tahu, siapa dia? Ya benar seorang mahasiswi yang kuceritakan itu adalah aku, ya, aku Langit Biru.

        Jika kamu adalah mahasiswa baru, merasa berat dengan tugas yang diberikan dosen itu adalah hal yang wajar, akupun mengalaminya, tapi percayalah, semua akan baik-baik saja jika kita menjalaninya dengan ikhlas, semua akan terasa ringan tanpa beban, sekalipun terasa k berat kita harus ingat bahwa tidak hanya kita yang merasakannya namun teman-teman yang lain juga merasakannya, dengan begitu, kamu tidak akan pernah merasa sendirian.

        Masalah tugas yang menumpuk, bukanlah masalah yang paling besar, karna ada masalah yang paling besar (untuk bagian ini, Insyaa-a Allah akan ditulis dalam judul yang berbeda ).

        Ayooo mahasiswa baru, gapai mimpimu yang telah kau lempar sendiri keatas langit sana, dan lewatilah gemintang-gemintangitu.
Kataballahu lana najah. Aamiin

Sabtu, 04 Januari 2014

Paragraf

tahun baru
saatnya membuat paragraf kehidupan yang baru
konsepan alur cerita sudah kubuat dengan rapi
dan tak akan kuizinkan seorangpun untuk mengusiknya
tugasku menulis konsepan itu
menjadi paragraf demi paragraf
hingga berbuah cerita yang utuh
namun,,
aku benar-benar tidak tahu
kapan aku akan berhenti membuat paragraf-paragraf itu
hanya Tuhan yang tahu
1 januari 2013