![]() |
2 September 2013
@19;53
Tadi pagi,
aku sempat bertemu adikku untuk memberikan kamus dan buku panduan. Raut
wajahnya penuh dengan kesedihan, tapi aku yakin itu bukan sebuah kesedihan
melainkan raut wajah keputusassaan. Ia mahasiswa baru diuniversitas yang sama
denganku.
“banyak
tugas, pusing,,,” ucapnya dengan nada yang lemah lengkap dengan tatapan matanya
yang sayu menggambarkan keputusasaannya yang kini tampak terlihat jelas. Mahasiswa baru, ucapku dalam hati dengan
penuh simpati padanya.
“jika
ada yang perlu dibantu, teteh bantu sebisanya”. Itu kata yang kuucap sebelum
pergi, aku terburu-buru karna jam kuliah beberapa menit lagi akan dimulai dan waktu
itu belum tepat untuk memberinya semangat atau setidaknya motivasi yang bisa
membuatnya sedikit tersenyum. Ia mengiyakan dengan anggukan yang lesu. Kulihat
dari kejauhan langkahnya terlihat ragu.
Setelah
kuliah berakhir, akupun memberinya sedikit pencerahan lewat pesan singkat
(sms).
karna jarak yang menurutnya jauh dan menyimpan bergudang-gudang kerinduan, ia memupuk mimpi tak muluk. hanya ingin sesering mungkin pulang ke rumah jika sudah lulus dari pesantren.
Tapi ternyata tidak, bahkan ia harus pergi lebih jauh lagi dari kampung halamannya yang terpencil. Jarak memisahkannya begitu kejam. Hingga jika malam hari tiba, aku bisa mendengarkan tangisan kerinduan baik dari dalam hatinya ataupun dari matanya yang mengeluarkan butiran-butiran air bening yang terasa hangat dipipi. Kerinduan pada ayah dan ibunya, kerinduan pada guru-gurunya, dan kerinduan pada teman-teman seperjuangannya. Pahit getirnya perjuangan selama dipesantran yang penuh dengan aturan pendidikan dan pengajaran ia lewati bersama teman-temannya. Ada canda yang terselip dalam duka, ada duka yang terselip dalam tawa. Itulah perjuangan.
Ia
merasa sendiri, bahkan jika ia berada ditempat ramai sekalipun. Ini karna ia
berpikir bahwa tidak ada yang bisa menggantikan posisi teman-temannya sebagai
sahabat yang selalu ada, tak ada yang dapat menggantikan posisi ayah ibunya
yang dengan tulus memberikan kasih dan cinta, dan tak ada yang bisa
menggantikan posisi gurunya yang selalau ikhlas dalam membimbing ketika salah
dan merangkul ketika terpuruk.
Belum
sempat selesai mengenai kesedihanynya tetang jarak yang memisahkannya dari
orang-orang yang ia sayang dan cintai, kesedihan yang lain datang, dan kali ini
dengan segudang putus asa yang menyelimuti tubuhnya. Apa yang menjadi masalah?
Aku kira
tak jauh berbeda dengan perasaan adiku tadi pagi. Merasa berat dengan
tugas-tugas yang tak sedikit, padahal masuk kuliahpun belum lama. Ia terlarut
dalam keputusasaan yang nyata, meski ia tak pernah juga berhenti untuk meminta
kekuatan dari yang maha kuasa.
Hingga
pada satu masa, ia memikirkan kembali apa yang telah ia lakukan selama ini
adalah penghamburan tenaga yang berharga, terlarut dalam kesedihan dan
keputusasaan tidak akan memberikan solusi.
Semester
demi semester ia lalui dengan pasti, mungkin hatinya sudah mau diajak berdamai.
Tugas-tugaspun ia selesaikan dengan baik. Hingga ia berpikir bahwa semua ini
tak butuh air mata dan putus asa, yang dibutuhkan adalah keikhlasan dan
kesungguhan dalam menjalankan semuanya, masalah yang ada tidak akan selesai
dengan hanya ditangisi. Begitu juga dengan tugas-tugas kuliah tidak akan
selesai juka hanya dipikirkan dan yang ada itu hanya akan menjadi beban yang
jika suatu hari nanti pasti kita akan mentertawakannya,, :D
Dosen-dosen
yang masuk kekelasnya juga tak lupa untuk mengingatkan bahwa tugas-tugas
perkuliahan bukan untuk dipikirkan tapi untuk dikerjakan.
Apa kau
tahu, siapa dia? Ya benar seorang mahasiswi yang kuceritakan itu adalah aku,
ya, aku Langit Biru.
Jika
kamu adalah mahasiswa baru, merasa berat dengan tugas yang diberikan dosen itu
adalah hal yang wajar, akupun mengalaminya, tapi percayalah, semua akan
baik-baik saja jika kita menjalaninya dengan ikhlas, semua akan terasa ringan tanpa
beban, sekalipun terasa k berat kita harus ingat bahwa tidak hanya kita yang
merasakannya namun teman-teman yang lain juga merasakannya, dengan begitu, kamu
tidak akan pernah merasa sendirian.
Masalah tugas
yang menumpuk, bukanlah masalah yang paling besar, karna ada masalah yang
paling besar (untuk bagian ini, Insyaa-a Allah akan ditulis dalam judul yang
berbeda ).
Ayooo
mahasiswa baru, gapai mimpimu yang telah kau lempar sendiri keatas langit sana,
dan lewatilah gemintang-gemintangitu.
Kataballahu lana najah. Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar