Selasa, 08 Juli 2014

Mahasiswa Baru


2 September 2013
@19;53
        Tadi pagi, aku sempat bertemu adikku untuk memberikan kamus dan buku panduan. Raut wajahnya penuh dengan kesedihan, tapi aku yakin itu bukan sebuah kesedihan melainkan raut wajah keputusassaan. Ia mahasiswa baru diuniversitas yang sama denganku.

        “banyak tugas, pusing,,,” ucapnya dengan nada yang lemah lengkap dengan tatapan matanya yang sayu menggambarkan keputusasaannya yang kini tampak terlihat jelas. Mahasiswa baru, ucapku dalam hati dengan penuh simpati padanya. 

        “jika ada yang perlu dibantu, teteh bantu sebisanya”. Itu kata yang kuucap sebelum pergi, aku terburu-buru karna jam kuliah beberapa menit lagi akan dimulai dan waktu itu belum tepat untuk memberinya semangat atau setidaknya motivasi yang bisa membuatnya sedikit tersenyum. Ia mengiyakan dengan anggukan yang lesu. Kulihat dari kejauhan langkahnya terlihat ragu. 

        Setelah kuliah berakhir, akupun memberinya sedikit pencerahan lewat pesan singkat (sms). 

          Aku ingin bercerita, ada seorang anak perempuan yang telah meninggalkan rumah dari umur 11 tahun untuk pergi ke pesantren. secara otomatis, ia jarang pulang ke rumah kecuali ada waktu libur panjang. jarak dari rumah memang tidak terlalu jauh hanya satu jam tapi keseringan tidak bertemu keluarga membuatnya merasa jauh beribu ribu kilometer. 
karna jarak yang menurutnya jauh dan menyimpan bergudang-gudang kerinduan, ia memupuk mimpi tak muluk. hanya ingin sesering mungkin pulang ke rumah jika sudah lulus dari pesantren.

        Tapi ternyata tidak, bahkan ia harus pergi lebih jauh lagi dari kampung halamannya yang terpencil. Jarak memisahkannya begitu kejam. Hingga jika malam hari tiba, aku bisa mendengarkan tangisan kerinduan baik dari dalam hatinya ataupun dari matanya yang mengeluarkan butiran-butiran air bening yang terasa hangat dipipi.  Kerinduan pada ayah dan ibunya, kerinduan pada guru-gurunya, dan kerinduan pada teman-teman seperjuangannya. Pahit getirnya perjuangan selama dipesantran yang penuh dengan aturan pendidikan dan pengajaran ia lewati bersama teman-temannya. Ada canda yang terselip dalam duka, ada duka yang terselip dalam tawa. Itulah perjuangan.

        Ia merasa sendiri, bahkan jika ia berada ditempat ramai sekalipun. Ini karna ia berpikir bahwa tidak ada yang bisa menggantikan posisi teman-temannya sebagai sahabat yang selalu ada, tak ada yang dapat menggantikan posisi ayah ibunya yang dengan tulus memberikan kasih dan cinta, dan tak ada yang bisa menggantikan posisi gurunya yang selalau ikhlas dalam membimbing ketika salah dan merangkul ketika terpuruk.

        Belum sempat selesai mengenai kesedihanynya tetang jarak yang memisahkannya dari orang-orang yang ia sayang dan cintai, kesedihan yang lain datang, dan kali ini dengan segudang putus asa yang menyelimuti tubuhnya. Apa yang menjadi masalah?

        Aku kira tak jauh berbeda dengan perasaan adiku tadi pagi. Merasa berat dengan tugas-tugas yang tak sedikit, padahal masuk kuliahpun belum lama. Ia terlarut dalam keputusasaan yang nyata, meski ia tak pernah juga berhenti untuk meminta kekuatan dari yang maha kuasa. 

        Hingga pada satu masa, ia memikirkan kembali apa yang telah ia lakukan selama ini adalah penghamburan tenaga yang berharga, terlarut dalam kesedihan dan keputusasaan tidak akan memberikan solusi.

        Semester demi semester ia lalui dengan pasti, mungkin hatinya sudah mau diajak berdamai. Tugas-tugaspun ia selesaikan dengan baik. Hingga ia berpikir bahwa semua ini tak butuh air mata dan putus asa, yang dibutuhkan adalah keikhlasan dan kesungguhan dalam menjalankan semuanya, masalah yang ada tidak akan selesai dengan hanya ditangisi. Begitu juga dengan tugas-tugas kuliah tidak akan selesai juka hanya dipikirkan dan yang ada itu hanya akan menjadi beban yang jika suatu hari nanti pasti kita akan mentertawakannya,, :D

        Dosen-dosen yang masuk kekelasnya juga tak lupa untuk mengingatkan bahwa tugas-tugas perkuliahan bukan untuk dipikirkan tapi untuk dikerjakan.

        Apa kau tahu, siapa dia? Ya benar seorang mahasiswi yang kuceritakan itu adalah aku, ya, aku Langit Biru.

        Jika kamu adalah mahasiswa baru, merasa berat dengan tugas yang diberikan dosen itu adalah hal yang wajar, akupun mengalaminya, tapi percayalah, semua akan baik-baik saja jika kita menjalaninya dengan ikhlas, semua akan terasa ringan tanpa beban, sekalipun terasa k berat kita harus ingat bahwa tidak hanya kita yang merasakannya namun teman-teman yang lain juga merasakannya, dengan begitu, kamu tidak akan pernah merasa sendirian.

        Masalah tugas yang menumpuk, bukanlah masalah yang paling besar, karna ada masalah yang paling besar (untuk bagian ini, Insyaa-a Allah akan ditulis dalam judul yang berbeda ).

        Ayooo mahasiswa baru, gapai mimpimu yang telah kau lempar sendiri keatas langit sana, dan lewatilah gemintang-gemintangitu.
Kataballahu lana najah. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar